Guru Nanak dan Ajaran-ajarannya
Dosen
Pembimbing Ibu Siti Nadhroh M.Ag
Oleh:
Annisa
Khalida (1111032100047)
Pendahuluan
Pengaruh
Islam dapat dilihat dari gerakan religious di India Utara dengan ciri
monoteisme ketat, tanpa menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan
terhadap imaji (patung, gambar dsb.). sebagai contoh Kabir (abad ke-15) yang
mengajarkan sebuah agama yang universal berdasarkan pada realisasi personal
akan Tuhan yang tinggal dihati manusia. Kemudian, adalah Guru Nanak yang akan
kita diskusikan pada makalah ini yaitu seorang yang mendirikan agama Sikh
(1469-1538), yang berusaha menyelaraskan Islam dan Hinduisme.[1]
Permulaan
Pengaruh Islam di India (712-1206); (93-602 H)
Dizaman
pemerintahan khalifah-khalifah, mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunanya pengaruh Islam lambat laun bertambah luas. Dengan
mencapai kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang bangsa Arab dibawah panji
Islam menaklukan negeri Palestina, Syria (Syam), Mesir, Afrika Utara, Spanyol,
Irak dan Iran (Persia), sehingga pada tahun 75 H kerajaan dari
keturunan-keturunan khalifah Umar telah berbatas di sebelah Timur dengan tanah
India dan Tiongkok. Kemudian menyerahkan pemerintahan daerah-daerah disebelah
Timur itu kepada emir-emirnya. Salah seorang emirnya bernama Muhammad ibn
Kasim. Ditahun 712 atau 93 H ia disuruh oleh khalifah Walid II memerangi
negeri Sindh, yaitu daerah sungai Indus, bagian India yang paling jauh
disebelah barat dan ia menaklukan negeri itu juga. Itulah permulaan pengaruh
bangsa Arab di India. Perhubungan dengan Iran bertambah rapat, baik yang
mempergunakan jalan darat maupun yang melalui laut. Jadi perhubungan yang
mula-mula diadakan oleh Iskandar Dzulkarnain, dizaman Islam bertambah teguh dan
kekal sampai sekarang. Diantara tahun1000-1026 (390-417 H) Mahmud Ghazni
seorang raja dari daerah Turki melakukan penyerangan ke-2 ke daerah Punjab,
kemudian India kembali diserang oleh Muhammad Ghury, sultan inilah yang
mengadakan penyerangan semata-mata untuk merebut seluruh negeri India. Waktu
pemerintahannya ia menduduki daerah Punjab, Gujarat, Bihar, dan Benggala.
Raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawannyan akan tetapi
dalam dua kali penyerangan meraka dapat dikalahkan di Tarain dekat Delhi; suatu
tempat yang menjadi pintu gerbang kelambah Gangga.[2]
Mengenal
Sosok Guru Nanak Sebagai Pendiri Agama Sikh
Guru
Nanak, pencipta agama Sikh, dilahirkan pada tanggal 15 april 1469 Masehi di
Talwandi Rai Bhoi sekarang terkenal sebagai Nanakana Sahib di distrik
sheikhupura di Punjab, kini diwilayah Pakistan Barat. Ayahnya
Mehta Kalu, adalah seorang Hindu dari golongan Bedi keturunan kesatria dan ia bekerja
sebagai akuntan desa pada Rai Bular, seorang Islam, tuan tanah setempat. Ia
mempunyai sebidang tanah yang luas dan sejumlah ternak yang cukup banyak.
Ibunya bernama Tripta dan kakak perempuannya Nanaki, yang berumur lima tahun
lebih tua dari padanya. Dari sejak masa kanak-kanak Nanak terkenal sebagai seorang
anak yang memiliki watak yang luar biasa, sangat condong ke arah pengabdian dan
kebaktian. Pada umur tujuh tahun, Nanak dikirim ke sekolah dasar untuk menerima
pelajaran mengenai Devanagri, sansekerta dan berhitung. Tapi segalanya ini
tidak menyenangkan hatinya. Ia yang telah ditakdirkan untuk suatu panggilan
lain, yaitu panggilan seorang pembentuk, telah memiliki visi yang luas, segala
pelajaran yang diberikan oleh gurunya ia jawab sebelum diberikan, sehingga
gurunya menjadi tercengang dan mengakui bahwa Nanak adalah seorang anak yang
luarbiasa.[3]
Kemudian
ia dikirim kepada seorang Brahmin untuk mempelajari buku-buku Veda dan Shastra,
tetapi disini juga ia tidak belajar lama. Setelah sudah agak mahir dalam bahasa
parsi, ia meninggalkan sekolah dan bergabung dengan orang-orang suci. Tindakan
ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya merobah
pendiriannya dan menjadi seorang padagang.Guru Nanak selalu melawan adat
istiadat kolot agama Hindu sehingga pada umur Sembilan tahun ketika ia hendak
dikalungi benang keagamaan di lehernya pada upacara Yajnopayitam ia menolak
dengan tegas dan meminta penjelasan akan guna benang tersebut. Setelah di
jelaskan oleh pendita keluarganya bahwa
benang tersebut adalah lambang agama Hindu dan bahwa tanpa benang tersebut
seorang Hindu dari kasta tinggi biasanya kehilangan hak-hak kekastaanya. Ia
makin keras menolak dianugrahi benang tersebut. Ia banyak melakukan
keajaiban-keajaiban untuk menyebarluaskan ajaran-ajaranya dan untuk membawa
umat manusia yang sedang menderita sengsara kembali kepada jalan yang benar.[4]
Kakaknya Nanaki dikawinkan dengan Jai Ram,
sekretaris Daulat Khanlodi, Gubernur provinsi Punjab dengan ibukotanya di
Sultanpurlodi. Jai Ram terkadang-kadang suka mengunjungi desa Rai Bular. Pada
salah satu kunjungannya Rai Bular menjelaskan kepada Jai Ram betapa kejamnya
Nanak diperlakukan oleh ayahnya dan mohon agar ia mencarikan pekerjaan untuk
Nanak. Jai Ram menepati janjinya dan Nanak ditugaskan sebagai Modi atau
pengawas Toko pada salah satu perusahaan Daulat Khanlodi pada akhir tahum 1487.
Nanak menunaikan tugas dengan baik dan membawa penghasilan yang bagus. Tujuh
bulan setelah ia bekerja pada Daulat Khanlodi itu, Nanak dikawinkan pada tahun
1488 dengan Sulakhani, putrid Mulchand dari Batala yang bekerja sebagai Patwari
(akuntan desa) di Pokhoke-Randhwa di distrik Gurdaspur. Ia dikaruniai dua orang
putra, Siri Chand dan Lakhmi Das yang masing-masing lahir pada tahun 1497. Pada tanggal 20 Agustus 1507 sebagaimana
biasa pada suatu pagi sebelum fajar ia pergi untuk mandi dikali Ravi sesaat
setelah mandi ia duduk bermeditasi dan pada waktu itulah mendengar panggilan
tuhan agar ia mengabdikan hidupnya bagi kebaikan dunia, dengan menuntun manusia
ke jalan yang benar menuju tuhan. Menurut cerita, pagi
hari itu Nanak menyelam ke dalam air dan tidak muncul-muncul lagi. Hal tesebut
dilaporkan kepada majikannya dan Nanak dituduh korupsi dalam dagang, yang
tenyata sama sekali tidak benar setelah diperiksa pembukuannya. Selama masa
penyelamannya ia dikatakan menghadap tuhan dan muncul kembali pada hari keempat
setelah ia menyelam. Ia sekarang tidak lagi bekerja sebagai pengawas toko
tetapi mengabdi kepada misi agung dari hidupnya, untuk menunjukan jalan yang
benar kepada umat manusia yang sedang berbuat kesalahan-kesalahan besar dan
penderitaan-penderitaan yang menekan. Teman-teman sekerjanya sangat
menyayangkan keberhentiannya itu karena ia sangat disenangi mereka berkat
efisiensi serta kejujurannya.[5]
Ia meninggalkan desanya
dengan berjalan kaki untuk berkhotbah kepada rakyat. Sekarng ia bukan seorang
Nanak lagi tetapi telah memperoleh peranan seorang Guru duniawi dan disebut
sebagai Guru Nanak. Dengan mengatasi kesedihan istrinya dan berjanji untuk
sewaktu-waktu mengunjungi kakaknya Nanaki ia memulai perjalanannya dengan
ditemani oleh Mardana Bhai. Tempat pertama yang penting yang ia kunjungi adalah
Sayyedpur di kota Eminabad di distrik Gujranwala. Ia membagi perjalanannya atas
lima bagian, bagian yang memakan waktu kira-kira tiga pululh tahun untuk
meluaskan daerah ajarannya. Ia mengelilingi seluruh India, Srilangka (menurut
beberapa orang juga kepulauan Maladewa dan Lokadewa). Perjalanan-perjalanan itu
meluas ke Assam dan Birma di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di
Utara, dan Afganistan, Iran, Arab Saudi dan Turki di Barat. Dalam perjalanannya ke Selatan ia
memgunjungi pusat-pusat penting agama Hindu. Untuk menyampaikan fahamnya kepada
umat manusia ia mengunjungi tempat-tempat suci pada waktu sedang dilangsungkan
suatu upacara sembahyang. Demikianlah ke mana-mana ia pergi menyebarkan
ajaran-ajarannya sehingga ia menarik banyak pengikut dan
simpatisan-simpatisannya. Sesudah mengakhiri perjalananya ke Selatan, Timur,
dan Utara, Guru Nanak kembali ke Punjab lagi dan dari sinilah mulai lagi
perjalanannya kea rah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad, Mekkah,
Madinah, Jerusalam, Damaskus, Alleppo dan lain-lain tempat suci. Nanak merasa puas dengan menyebutkan
dirinya sebagai seorang Guru dan tidak menuntut untuk dinamakan orang suci
(divinity) atau penghubung tuhan. Ia tidak menyatakan tulisan-tulisannya
ataupun ucapan-ucapannya dengan baju “ramalan” atau kesucian dari suatu
“pesan”. Ajaran-ajaran Nanak adalah suatu perombakan terhadap segala sesuatu
yang buruk dalam kehidupan masyarakat maupun agama pada jamanya.[6]
Masa pertengahan (1000-1800 M)
ciri utama masa ini
menunjukan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi
perkembangan Hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmud Ghazni memimpin
tujuh belas serangan yang gemilang ke India dan mematahkan perlawanan
orang-orang Hindu dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan
kota-kota daripada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput
di Utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad GHuri, pada tahun 1200, dinasti
budak (slave dynasty) mendirikan
aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.[7]
Ditahun
1206 kuasanya sudah cukup diperkuatnya dan ia mengambil nama Sultan Delhi.
Sebenarnya ia bukan keturunan raja, melainkan seorang hamba (budak) raja saja.
Oleh sebab itu ia dan keturunanya disebut raja-raja keturunan hamba raja.
Raja-raja itu memerintah kesultanan Delhi dari tahun 1206 sampai 1290; 602-689
H. Mereka itulah raja-raja Islam yang pertama dan merdeka di India. Kerajaan
Delhi menjadi pokok kerajaan yang lebih luas lagi, yaitu kerajaan Moghul yang
tegak berdiri hingga tahun 1857, kurang lebih 650 tahun.[8]
Kerajaan
Moghul (1526-1857); (932-1275 H). Yang dipimpin dari Sultan Babar sampai
pada kesultanan Aurangzib, pada
pemerintahannya Aurangzib banyak berseteru dengan saudara-saudaranya begitu
juga putera-puteranya yang masing-masing menuntut haknya untuk menjadi sultan.
Salah seorang anaknya yang bernama Muazam memiliki kecakapan yang lebih
dibanding saudara-saudaranya yang lain, sehingga ia dapat mengambil kerajaan
ayahnya dan dinobatkan menjadi sultan dan mengambil nama sultan Bahadur Syah
(1707-1712); (1119-1124 H). Ia bersekutu dengan bangsa Rajput. Kemudian pemerintahannya
digoncang oleh pemberontakan kaum Sikh yang dipimpin oleh Guru Nanak.[9]
Hinduisme berkembang
dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika bukan
menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan
pengaruh ganda bagi Hinduisme, disatu pihak Islam menganjurkan perpindahan
agama; dipihak lain, Islam lebih mendorong kecenderungan yang lebih agaliter
dan monoteistik kepada kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha
menjembatani jurang pemisah antara keduanya, seperti Kabir dan Guru Nanak.[10]
Memang ada interaksi
antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme menarik diri ke
dalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam cengkraman keputusan
politik, sehingga berbalik ke arah penghiburan spiritual pada Tuhan. Hal ini
terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai patapa atau pengunduran diri
dari kehidupan duniawi. Kehidupan sanyasin
menjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan jelas oleh guru
Nanak. Pada sekitar abad ke-16, keekstreman Hinduisme terlihat jelas dalam
karya-karya puisi devosional dengan kulaitas sensasional, yang gerakannya
diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.[11]
Guru
Nanak pendiri agama Sikh, berada dalam
kondisi spiritual yang sama dengan Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim,
meskipun tradisi Hindu dan Sikh sama-sama memandangnya sebagai seorang Hindu.
Seperti Kabir ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan antara Islam dan Hinduisme
dengan mempersatukan penganut Hindu dan Muslim atas dasar kebenaran-kebenaran
spiritual utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini. Ia juga mengutuk
penyembahan terhadap berhala dan politeisme Hindu dengan berpegang teguh pada
kehendak dan niat Allah yang mahakuasa dan mahatahu saja. Namun pendiriannya
yang teguh ini tentang keunikan dan kemutlakan Allah didasarkan bukan pada
tendensi Islam yang mengeklusifkan apa yang bukan menjadi kodrat dari Allah
sendiri, melainkan lebih pada tendensi India kuno yang merangkum segala sesuatu
dalam satu kesatuan yang lebih besar sambil mengakui dengan cara itu unsu-unsur
yang berlawanan sebagai unsur-unsur yang
berhubungan dan saling melengkapi. Jalan
hidup Sikhisme adalah untuk mencapai keselamatan melalui persatuan dengan
Allah; pribadi Allah yang hidup dihadirkan melalui cinta. Persatuan dengan
Allah adalah tujuan terakhir. Hidup tidak punya arti bila berpisah dari Allah.
Sebagaimana Guru Nanak berkata,”Betapa ngeri perpisahan itu ketika terpisah
dari Allah, dan betapa membahagiakan persatuan itu, ketika bersatu dengan Dia”.[12]
Asal Usul Agama Sikh
Agama Sikh berasal dari
anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah bagian Punjab. Di tempat ini pula
Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab
menjadi wilayah kediaman sebagian besar
pengikut agama Sikh dan Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar
2% dari seluruh penduduk India saat ini. Agama Sikh lahir bersamaan dan mulai
berkembang bersamaan dengan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa,
yaitu di akhir abad ke-19 Masehi. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun
lebih tua dari pada Martin Luther. Pendiri agama Protestan itu. Motivasinya
juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi
terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka
agma Sikh lahir sebagai reaksi terhadap agama Brahma atau Hinduisme. Memang,
baik dari segi sosial dan politik, maupun dari segi pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang
pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang
menyatakan bahwa ia lebih dekat dengan Islam daripada Hinduisme itu ada
benarnya.[13]
Ajaran-ajaran Guru Nanak (Ajaran
Agama Sikh)
·
Tentang
Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajarannya
mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu menandaskan bahwa Tuhan adalah
tunggal, yang Maha Esa. Ia tiada termanifestasikan dan juga
termanifestasikan dalam segala hal, tidak terbatas, ia bertahta di mana-mana,
termasuk di dalam tubuh dan jiwa manusia. Maka itu Guru Nanak mengajarkan
bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan dan menemui Tuhannya, carilah Ia dalam
jiwa.
Menurutnya Tuhan adalah pencipta tetapi juga
pemusnah. Ia adalah pemberi tetapi juga Ia adalh Peminta Kembali, kebesaran Tuhan
tidaklah dapat dinyatakan dengan kata-kata manusia dan Ia tidak boleh dilupakan
sekejap jua. Dan bila orang ingin menemuan kekayaan spiritual, orang harus
mengikuti ajaran-ajaran tuhan.
Tiadalah
terbatas kebajikan, rahmat, inspirasi, jangkauan, penglihatan, dan cipta Tuhan.
Dan tidaklah ada bandingan-Nya kemurahan, penerimaan, pengampunan, dan
perintahNya, sebab Tuhan adalah Kebenaran dan Kenyataan di masa lalu, di masa
kini, dan masa yang akan datang.
Seperti
beberapa Syair dibawah ini dari beberapa syairnya tentang Ke-Esaan Tuhan

Ia
adalah Pencipta segala

Ia
tiada mempunyai musuh
dan
Ia tidak mengenal mati
Ia
bebas dari inkarnasi[14]
·
Tentang
Sabda Adalah Kata Tuhan
Menurut
Guru Nanak, sabda adalah kata Tuhan. Orang dapat memiliki kekuatan suci dan
mencapai status yang mulia dalam masyarakat, baik kini maupun nanti apbila
dapat menyadari arti Sabda tersebut.
Guru Nanak menganjurkan agar tiap orang dapat
menyatukan diri dengan Sabda untuk mengerti misteri hidup di dunia kini dan
dunia kelak. Dan apabila seseorang telah menyatukan diri dengan sabda tersebut
maka ia harus melaksanakan Sabda tersebut dan orang dapat menuntun orang lain,
kesadarannya terangkat menuju kemanusiaan universal, terbebas dari duka dan
derita dan lepas dari roda inkarnasi, menuju kelepasan dan kedamaian abadi.
Sabda dalam arti kata yang sebenarnya adalah kata
Tuhan dengan menyebut Nama Tuhan. Sabda sebenarnya telah terucapkan. Dan Sabda
mengungkapkan dirinya dalam seluruh cipta Tuhan, bergetar tiada terbatas, ke
setiap penjuru, juga ke setiap hati sanubari manusia.[15]
·
Tentang
Guru Adalah Penuntun Hidup Abadi
Dengan tuntunan seorang Guru yang arif-bijaksana,
yang suci dan yang agung, pengabdian kepada Tuhan dapat diarahkan dengan tepat
dan mencapai tujuannya, sebab Guru itu akan memperlihatkan tempat yang
sebenarnya, akan membuka misteri alam semesta ini dan membawa kebahagiaan dan
ketentraman ke dalam hati setiap penganut.
·
Tentang
Praktek Spirituil (Sadhasana)
Bagi Guru Nanak, hidup spiritual adalah melaksanakan
praktek spiritual dengan selalu tunduk kepada Sabda Tuhan melalui petuah-petuah
dan ajaran-ajaran Guru. Tuhan adalah penuntun kalbu dan dengan Sabda-Nya orang
harus mengendalikan jiwa dan pikirannya dan dengan petunjuk-petunjuk Guru orang
akan diantar menuju jalan
Mendengarkan Sabda menurut Guru Nanak adalah
mempraktekan Sabda tersebut. Dan mempraktekan Sabda adalah melaksanakan tugas
hidup di dunia ini bagi kebajikan dan kebenaran. Tuhan adalah penuntun yang
memimpin kita lewat SabdaNya (Satnam), lewat kongregasi para pendita
(satsangat) dan lewat guru sejati (Satguru). berarti menumbuhkan persaudaraan
universal, mendalami pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang yang bertobat,
melaksanakan kitan, mempraktekan perbuatan-perbuatan suci, sabar, sederhana,
rela memberi, penuh kasih sayang, jujur, melawan
Melaksanakan
tuntunan Tuhan ini adalah melaksankan praktek spiritual, praktek spiritual
nafsu jahat, bekerja keras, berbuat kebajikan selalu, membela kebenaran.
Bagi Guru Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek
spiritual atau petapa yang membabi-buta atau menggunakan jubah agama berlebihan
atau berbuat amal dan ibadah secara formil belaka, adalah hiporkrit yang tidak
sesuai dengan sabda Tuhan. [16]
Kitab Suci Agama Sikh
Kepemimpinan guru yang menguasai kehidupan agama
Sikh berakhir secara resmi dengan berakhirnya jabatan guru yang kesepuluh pada
tahun 1708 sejak itu yang menjadi guru kaum Sikh adalah kitab sucinya, terutama
Adi Granth, karena disamping kitab
ini terdapat pula kitab suci yang kedua, yaitu Dasam Granth. Tersusunnya kedua kitab ini tidak bisa dipisahkan
dari peranan guru-guru dalam agama tersebut.
A. Adi Granth
kitab
suci ini juga disebut Guru Granth Sahib,
dan merupakan kitab yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar.
Sebelumnya Guru Angarh, guru kedua, sudah berjasa memelopori penyusunan naskah
Punjabi, Gumurkhi kedalamnya ia masukan himpunan syair-syair serta fatwa-fatwa
Guru Nanak. Naskah ini menjadi embrio bagi kelahiran Adi Granth.
Tulisan-tulisan
Adi Granth dapat digolongkan tiga macam, yaitu pertama, nyanyian-nyanyian suci
yang disusun oleh guru-guru Sikh, yang terdiri dari 2218 syair, kedua, nyanyian
yang berasal dari kaum mistik, baik bagi yang beragama Hindu maupun kaum Sufi,
ketiga, pujian-pujian yang ditujukan terhadap guru Sikh, disusun oleh para
penyair pengembara Sikh.[17]
B. Dasam Granth
Kitab
ini juga disebut dengan Dasvin Padshah ka
Granth dan merupakan kumpulan tulisan Guru Govind Singh sendiri. Isinya
dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian
mitologi; bagian yang bercorak filosofies, bagian yang berisi otobiografi;
bagian yang ada sangkut pautnya dengan masalah hawa nafsu atau erotik.
Bagian
terbesar adalah mitologi, yaitu
dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai dewa-dewa dan
dewi-dewi agama Hindu. Unsur yang memuat masalah-masalah yang bersifat
folosofies adalah bagian yang terdiri dari karya-karya terkenal seperti Jap Sahib (tidak sama dengaan Jappi Guru
Nanak) Akal Ustat, Gyian Probodh dan Sabad Hazare. Bagian yang berkenaan
dengan riwayat hidup atau biografi termasuk kedalam Bichitra Natak dan Zafar
Nama. Bagian yang berkenaan dengan uraian yang ada hubungannya dengan hawa
nafsu atau erotic, yang biasa dibandingkan dengan Pakhyan Charits dan hikayat-hikayat, termasuk diantaranya adalah
cerita-cerita yang diceritakan oleh Guru Goving Singh mengenai godaan-godaan
kaum wanita serta penuh cerita-cerita yang sangat cabul.[18]
DASASILA
AJARAN GURU NANAK
1. Engkau
harus percaya pada Tuhan yang Maha Esa.
2. Engkau
harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek
yang sejajar.
3. Engkau
harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas da mendalam.
4. Engkau
harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan
luhur.
5. Engkau
harus selalu ingat kepada Tuhan.
6. Engkau
tidak boleh buta akan kepercayaan.
7. Engkau
harus menolak perbedaan kasta.
8. Engkau
tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
9. Engkau
tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
10. Engkau
tidak boleh percaya dengan perantaraan seorang pemimpin rohani akan
penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan.[19]
Penutup
Sesungguhnya
Guru Nanak tidak memihak sama sekali antara agama Hindu atau umat Muslim, akan
tetapi Guru Nanak memihak pada rakyat India yang terbelenggu dengan status
kasta-kasta mereka, ia ingin membebaskan rakyat India dari belenggu tersebut.
Karena baginya manusia sama dimata Tuhan. Juga sebagai protes keras terhadap
kaum Brahma yang sangat otoriter pada waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. filsafat India ( sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme). Sanggar
Luxor. 2010 cet.1.
Ali. Mukti, Agama-Agama Di Dunia. Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988.
Molia.
T. S. G, INDIA (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan). Balai
Pustaka Jakarta. 1959 cet. 1
Koller, John M. filsafat Asia (judul asli: Asian
Philosophies). Flores NTT Ledalero.
2010. Cet. 1.
Pendit, Njoman S. Guru
Nanak dan Agama Sikh. Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission. 1988 cet.2
[1]
Matius Ali. “filsafat India ( sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme)”, Sanggar
Luxor. 2010 cet.1 h.26 Dikutip dari buku; Jesuit Scholars, Religious Hinduism, hal. 27.
[2]
T. S. G. Mulia “India” (Sejarah
Politik dan Pergerakan Kebangsaan) Balai Pustaka Jakarta, cet 1 h 50
[3]
Njoman S. Pendit. “Guru Nanak dan Agama Sikh”, h.17
[6]
Njoman S. Pendit. “Guru Nanak dan Agama Sikh”, Yayasan Sikh Gurdwara Mission. Jakarta
1988 cet.2 h.17-20
[7]
Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[8]
T. S. G. Mulia “India”
(Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), h, 51
[10]
M. Ali. Filsafat India, hal. 23. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind.
“Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[11]
M. Ali. Filsafat India, hal. 24. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind.
“Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[12]
John M.Koller filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Ledalero. Flores
NTT 2010. Cet. 1. hal. 235-236
[13]
H. A. Mukti Ali. Agama-Agama Di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press. Jogjakarta 1988.
Cet. 1. hal. 185
[14]
Njoman S. Pendit. “Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 64
[16]
Njoman S. Pendit. “Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 65-87
[17]
H. A. MUkti Ali “Agama-agama Dunia” hal.206
[18]
H. A. MUkti Ali “Agama-agama Dunia” hal.206-207
[19]
Njoman S. Pendit. “Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 90
Tidak ada komentar:
Posting Komentar