Rabu, 19 Desember 2012

Filsafat Samkhya

Filsafat Samkhya


Oleh :
arif hidayat
1111032100044


1.             Pendahuluan
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang ke filsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta filsafat India ini dikenal dengan  istilah Sad Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).[1]
2.             Sad darshana
Kata darshana berarti persepsi langsung, pandangan kontemplatif, penglihatan spritual. Secaara pilosofi, katadarsana berartipengetahuan tentang prinsip tertinggi atau pola yang melandasi kreasi fenomenal dan tentang pembagian kategori unsur-unsur yang memebentuk pola-pola tersebut.
Sad darshana atau enam sistem filsafat ortodoks india yang disampaikan dalam sistem klasik[2]. aliran–aliran filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari pengetahuan yang didapatkan melalui masa weda, brahmana, upanishad dan purana dalam  sejarah pemkiran india. Sistem filsafat ini berasala dari para petapa dan orang-orang bijak india, sebagai hasil realisasi spiritual serta penglihatan kontemplatif mereka.
Secara terstruktur perkembangan filsafat India terbagi ke dalam beberapa periodisasi zaman yaitu: (1) Zaman Weda (1500 – 600 SM) yang diisi oleh peradaban bangsa Arya, pada saat itu baru muncul benih pemikiran filsafat berupa mantra, pujian keagamaan yangterdapat dalam sastra Brahmana dan Upanishad; (2) Zaman Wiracarita (600 – 200 SM) yang diisi oleh perkembangan sistem perkembangan pemikiran filsafat berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut berbentuk tulisan yang bertemakan kepahlawanan dan hubungan antara manusia dengan dewa; (3) Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400 M) yang diisi oleh semakin banyaknya bahan – bahan pemikiran filsafat berupa sutra; (4) Zaman Kemunduran (1400 – 1800 M) diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli piker hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau; (5) Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M) diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India yang dipelopori oleh Ram Mohan Ray (Achmadi, 2010: 85 – 86).
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut yaitu: Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu.
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) institusi pendidikan filsafat ortodok yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga disebut dengan Pūrva Mīmāṃsā), dan Vedānta (juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Keenam sistem filsafat ini dirumuskan oleh beberapa rishis yang melihat realitas atau kebenaranyang sama, tapi dari suduut pandang srta kedalaman yang berbeda. Karena tidak ada satupun sistem yang secara tunggal dan ekslusif dapat mewakili filsafat ortodoks india, yang merupakan kumpulan ajaran berdasarkan keenam sistem filsafat tersebut.Keenam sistem filsafat itu yakni:
-          Samkhya  : didirikan oleh kapila.           -    Nyaya      :  didirikan oleh gautama.
-           Waisiseka   : didirkan oleh kanada.       -     Yoga.       : didirikan oleh patanjali.
-         Wedanta      : didirikan oleh vyasa.        -     Mimasa    : didirikan oleh jaimini.[4]
Setiap sistem filsafat mulai dengan sebuah analisis unsur-unsur yang memebangun eksistensi dan pengalaman manusiakemudian mereka mencoba menjelaskan hubungan kedua kategori unsur utama, yakni roh absolut dan alam. Akhirnya tujuan mereka adalah untuk mendefinisikan serta menjelaskan roh absolut agar dapat mencapai pembebasan melalui realisasi pribadi.
3.      Filsafat samkya
Sankhya kata berasal dari kata Sansekerta 'Sankhya' (pencacahan, perhitungan). Dalam Filsafat, pencacahan akurat dari kebenaran telah ditentukan. Akibatnya, Filsafat ini bernama 'sankhya'. Mungkin ada alasan lain adalah bahwa salah satu arti dari 'sankhya' adalah musyawarah atau refleksi atas hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran. Filsafat ini mengandung musyawarah tersebut dan kontemplasi atas kebenaran. Dalam Persepsi Filsafat, Pratyaksh (persepsi langsung melalui Rasa-Organ), Anumân (Inferensi atau kognisi mengikuti beberapa Pengetahuan lainnya), dan Shabda (Kesaksian Verbal) adalah tiga pramânâ yang diterima (sumber pengetahuan yang sah atau metode mengetahui benar). Misalnya, Nyâyikâs (Pengikut Filsafat Nyaya) telah menerima empat Pramânâ, para Mimâsakâs (Pengikut Filsafats Mimâsa) telah menerima enam pramânâ. Demikian pula, di Filsafat Sankhya, tiga Pramânâs telah diterimanya. Didirikan oleh Maharshi Kapil, ini adalah Filsafat yang paling kuno. Filsafat ini di bangun oleh maha rsi kapila. Sebuah teks yang ditulis oleh Ishwar Krishna disebut 'Sânkhyakârika' adalah sumber terpercaya prinsip pengetahuan dalam Filsafat ini. Hal ini ditulis dalam Aryan Chand (sejenis puisi sansekerta kuno) dan berisi 72 Karikas (koleksi memorial ayat tentang topik filosofis) yang menerjemahkan Sankhya Siddhant (Doktrin sankhya) yang  jelas dan eksplisit.
Para ahli merasa bahwa beberapa orang mungkin telah belajar menulis Sankhya Sutra dan Sutra Sânkhyasamâs dalam nama Maharishi Kapila. Hal ini karena tidak ada menyebutkan bahwa dua teks tersebut ditulis 1500 SM. Oleh karena itu, apa pun pengetahuan yang kita dapat dari Ajaran Sankhya sekarang didasarkan pada Sankhya Karikas
Ajaran Sankhya merupakan filsafat yang menerima 24 Kebenaran dari Prakriti (Alam benda) dan 25 kebenaran Purusha (Jiwa).

  


24 Kebenaran atau Realitas Prakrti adalah sebagai berikut:

1.    Mula Prakrti (Materi asal yang tidak bermanifestasi).
2.    Mahat Tattva (Prinsip besar yaitu Buddhi atau Intelejensi).
3.    Ahankâr (Ego).

Selanjutnya lima Tanmâtras (sensasi halus yang dihasilkan dari lima unsur, yang dapat dipahami organ perasaan):

4.    Shabda Tanmâtra (suara).
5.    Sparsha Tanmâtra (sentuhan).
6.    Rupa Tanmâtra (cahaya).
7.    Rasa Tanmâtra (rasa).
8.    Gandha Tanmâtra (bau).

Berikutnya lima organ perasa:

9.    shrotra (pendengaran).
10.    Tvak (menyentuh).
11.    Chakshu (penuntun).
12.    Rasna (mencicipi).
13.    grana (berbau).

Lalu  lima organ tindakan.

14.    VAK (berbicara).
15.    Pani (menggenggam).
16.    PADA (penggerak).
17.    payu (ekskresi).
18.    Upastha (reproduksi).
19.    Man (pikiran).

Terakhir, Pancha maha bhuta (limaunsur materi kasar).

20.    Prithivi (bumi).
21.    Jal (air).
22.    Tej (api).
23.    Vayu (udara).
24.    Akesh (eter).5



Dan yang ke 25 adalah purusha atau atma (sosok transenden atau kesadaran murni) dengan demikian semuanya ada 25 kebenaran.
            Dalam risalah filsafat sankhya, 25 kebenaran diatas diklasifikasikan lagi sebagai berikut:

1.      Suatu entitas murni zat asal.
2.      Suatu entitas wujud asal yang berevolusi.
3.      Suatu entitas exlusif yang berevolusi dari wujud asal.
4.      Entitas yang bukan wujud asal atau bukan entitas yang berevolusi dari  wujud asal.[5] [6]

Dalam ajaran hindu purusa dan prakerti merupakan dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti merupakan unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak dapat di pisahkan. Purusa adalah yang bersifat kejiwaan sedangkan prakerti bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam semesta, prakerti berevolusi menjadi Panca Tanmatra yaitu lima benih yang belum berukuran. Panca Tan Matra setelah melalui evolusi yang panjang akhirnya menjadi Panca Maha Bhuta, yakni lima unsure materi,lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta seperti matahari, bumi, bulan, bintang bintang, dan lain lain. Dalam berfungsinya alam semesta, Purusha tidak bisa menjadi penyebab dari setiap substansi atau entitas. Purusha tidak bertindak ia  hanya saksi. Prakrti adalah satu-satunya penyebab dari apa pun yang ada baik yang jelas atau tersembunyi.
4.    Prakrti
Keberadaan tiga Gunas yaitu, Sattva (suatu aspek realitass fisik yang murni dan baik yang mengarah kepada kebahagiaan dan keharmonisan ), rajas (aspek realitas fisik yang menyebabkan keinginan, ambisi dan kegelisahan), tamas (aspek realitas fisik yang mengarah ke kemalasan dan kelambanan (inersia)) dalam suatu keseimbangan yang harmonis dan dinamis disebut prakrti. Ketiga Guna ada dalam keadaan seimbangan, harmonis dan dinamis sebelum penciptaan alam semesta. Namun ketika alam semesta sudah tercipta ketiga guna ada dalam keadaan berselisih, kehasutan (agitasi) dan tidak seimbang. Dalam proses penciptaan, yang pertama diciptakan  adalah  Mahat Tattva (Buddhi atau intelejensi). Dari Mahat Tattva kemudian  dibuat Ahankâr (Ego), dari Ahankâr  kemudian diciptakan lima Tanmâtrâs (sensasi yang ghaib) yaitu : Shabda (suara), Sparsha (sentuhan), Rupa (penglihatan), rasa(Rasa) dan Gandha (penciuman). Tubuh tumbuhan, hewan, manusia, serangga, dan lain-lain terbuat dari lima Tattva (Pancha bhutas). Bahkan segala sesuatu yang tercipta diciptakan dari yang Pancha maha bhuta. [7]
a)        Karakteristik dari Prakrti
Prakrti bersifat terdahulu, kekal, unik, tanpa dimulai, dan tanpa alasan. Jika sama sekali Prakrti tergantung apa-apa, mungkin alam sendiri memeiliki sifat ketiga guna. Dari ketiga Guna, Prakrti membuat ciptaan mendasarkan, mengandung guna sattva, raja, tamas. Dan ketiga guna memiliki relativitas yang saling saling terkait.

b)        unsur dari Prakrti

manifestasi dari Prakrti tidak berbentuk apapun. Manifestasi yang pertama adalah Mahat (Buddhi) yang melahirkan Ahankâr. Ahankâr adalah cabang dari Buddhi. Lima organ perasa serta Lima Tanmâtra muncul dari Ahankâr. Dan Buddhi, Ahankâr, danLima Tanmatras semua karya dari Prakrti. Bahkan, dari Buddhi sampai Pancha mahâbhuta, semua ciptaan adalah evolusi dari Prakriti dan penyebaran darinya.

5.    Purusha
Purusha memiliki sifat berdiri sendiri dan berbedadengan prakurti. Purusha tidak berawal dan tidak berakhir, tidak memiliki unsur-unsur dan bersifat jiwani, dia berbeda dengan buddhi, pikiran dan organ. Juga bersifat terdahulu dan kekal. juga melampaui ruang, waktu. Purusha merupakan bentuk kesadaran murni. Purusha pada dasarnya tidak terhubung dengan Prakruti tapi setelah dunia ini lahir; tercipta, purusha menjadi terhubung dengan Prakruti. ia menjadi terjerat dalam Prakruti.
Purusha juga disebut yang menyaksikan, Maha Melihat, sang bijaksana, dll dalam Kitab Suci Sankhya. Apabila purushaada bersama dengan Prakruti atau keduanya nertemu, maka akan terjadi kesedihan.
Setelah memperoleh pencerahan dan kebijaksanaan melalui pengetahuan
maka Moksha akan terrcapai dengan sendirinya. Dengan kata lain kita akan mencapai mokhsa apabila kita memiliki pengetahuan dan apabila kita tidak mempunyainya maka mokhsa tidak akan tergapai. adapun Moksha itu sendiri adalah tujuan akhir dari filsafat shankya.
[8] oleh karena itu tujuan utama dari Sankhya adalah untuk membebaskan Purusha dari ikatan Prakruti. Sebenarnya, Atma (Purusha) tidak terikat juga tidak pula terjebak dalam roda kelahiran & Kelahiran kembali (reinkarnasi). Prakurtilah yang terjebak dalam kelahiran kembali.[9]



















DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, Harun, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985.
http://www.psychologymania.com/2011/09/ajaran-agama-hindu-hinduisme.html.
Satya prasad dasji, Swami, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,  2010.
Suparta, Ardhana, Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002.






















Sad Darsana (Filsafat Samkya )
Makalah disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Hinduisme
Dosen Pembimbing:  Siti Nadroh





Disusun Oleh :
Arif Hidayat
111103210044




Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2012



[2]     Di akses dari  http://filsafat.kompasiana.com/2012/09/18/filsafat-india/ pada tanggal 28 oktober 2012.

[3]   Di akses dari  http://www.psychologymania.com/2011/09/ajaran-agama-hindu-hinduisme.html. padatanggal 18 oktober 2012.
[4]   Harun, Hadiwijono,  Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985 .h 65

6     Dr. Swami Satya prasad dasji,  Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,  2010. h. 65 – 66.
[6]     Dr. Swami Satya prasad dasji, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,  2010. h. 67.
[7]     Dr. Swami Satya prasad dasji, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,  2010. h. 70 – 71.
[8]    Ardhana Suparta. Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002. h. 43
[9]    Dr. Swami Satya prasad dasji, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,  2010. h.80.