Filsafat Samkhya
Oleh :
arif
hidayat
1111032100044
1111032100044
1.
Pendahuluan
Dewasa ini agama Hindu
telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya menghasilkan seorang Dayananda
dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan Sarvepalli Radhakrishnan, seorang
Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi
bagi sebuah agama universal. Apa yang telah terjadi atas agama Hindu ini tidak
terlepas dari ajaran agamanya juga tentang ke filsafatannya yaitu filsafat
India.
Dalam konteks keilmuan
bahasa Sanskerta filsafat India ini dikenal dengan istilah Sad
Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus
dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran
dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).[1]
2.
Sad darshana
Kata darshana berarti persepsi langsung, pandangan kontemplatif,
penglihatan spritual. Secaara pilosofi, katadarsana berartipengetahuan tentang
prinsip tertinggi atau pola yang melandasi kreasi fenomenal dan tentang
pembagian kategori unsur-unsur yang memebentuk pola-pola tersebut.
Sad darshana atau enam sistem filsafat ortodoks india yang disampaikan
dalam sistem klasik[2].
aliran–aliran filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari pengetahuan yang
didapatkan melalui masa weda, brahmana, upanishad dan purana dalam sejarah pemkiran india. Sistem filsafat ini
berasala dari para petapa dan orang-orang bijak india, sebagai hasil realisasi
spiritual serta penglihatan kontemplatif mereka.
Secara terstruktur
perkembangan filsafat India terbagi ke dalam beberapa periodisasi zaman yaitu:
(1) Zaman Weda (1500 – 600 SM) yang diisi oleh peradaban bangsa Arya, pada saat
itu baru muncul benih pemikiran filsafat berupa mantra, pujian keagamaan
yangterdapat dalam sastra Brahmana dan Upanishad;
(2) Zaman Wiracarita (600 – 200 SM) yang diisi oleh perkembangan sistem
perkembangan pemikiran filsafat berupa Upanishad.
Ide pemikiran filsafat tersebut berbentuk tulisan yang bertemakan kepahlawanan
dan hubungan antara manusia dengan dewa; (3) Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400
M) yang diisi oleh semakin banyaknya bahan – bahan pemikiran filsafat berupa sutra; (4) Zaman Kemunduran (1400 – 1800
M) diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli piker hanya
menirukan pemikiran filsafat yang lampau; (5) Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M)
diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India yang dipelopori oleh Ram Mohan
Ray (Achmadi, 2010: 85 – 86).
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan
Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab
Weda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam
aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut yaitu: Nyaya, Waisasika,
Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat
keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu.
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) institusi pendidikan filsafat ortodok
yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu
yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga disebut dengan Pūrva
Mīmāṃsā), dan Vedānta (juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya
ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam
Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui
otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh
para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari
sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan
sehari-hari.[3]
Keenam sistem filsafat ini dirumuskan oleh
beberapa rishis yang melihat realitas atau kebenaranyang sama, tapi dari suduut
pandang srta kedalaman yang berbeda. Karena tidak ada satupun sistem yang secara
tunggal dan ekslusif dapat mewakili filsafat ortodoks india, yang merupakan
kumpulan ajaran berdasarkan keenam sistem filsafat tersebut.Keenam sistem
filsafat itu yakni:
-
Samkhya :
didirikan oleh kapila. - Nyaya
: didirikan oleh gautama.
-
Waisiseka
: didirkan oleh kanada.
-
Yoga. : didirikan oleh patanjali.
- Wedanta : didirikan oleh vyasa. - Mimasa
: didirikan oleh jaimini.[4]
Setiap sistem filsafat
mulai dengan sebuah analisis unsur-unsur yang memebangun eksistensi dan
pengalaman manusiakemudian mereka mencoba menjelaskan hubungan kedua kategori
unsur utama, yakni roh absolut dan alam. Akhirnya tujuan mereka adalah untuk
mendefinisikan serta menjelaskan roh absolut agar dapat mencapai pembebasan
melalui realisasi pribadi.
3. Filsafat samkya
Sankhya kata berasal
dari kata Sansekerta 'Sankhya' (pencacahan, perhitungan). Dalam Filsafat,
pencacahan akurat dari kebenaran telah ditentukan. Akibatnya, Filsafat ini
bernama 'sankhya'. Mungkin ada alasan lain adalah bahwa salah satu arti dari
'sankhya' adalah musyawarah atau refleksi atas hal-hal yang berkaitan dengan
kebenaran. Filsafat ini mengandung musyawarah tersebut dan kontemplasi atas
kebenaran. Dalam Persepsi Filsafat, Pratyaksh (persepsi langsung melalui
Rasa-Organ), Anumân (Inferensi atau kognisi mengikuti beberapa Pengetahuan
lainnya), dan Shabda (Kesaksian Verbal) adalah tiga pramânâ yang diterima
(sumber pengetahuan yang sah atau metode mengetahui benar). Misalnya, Nyâyikâs
(Pengikut Filsafat Nyaya) telah menerima empat Pramânâ, para Mimâsakâs
(Pengikut Filsafats Mimâsa) telah menerima enam pramânâ. Demikian pula, di
Filsafat Sankhya, tiga Pramânâs telah diterimanya. Didirikan oleh Maharshi
Kapil, ini adalah Filsafat yang paling kuno. Filsafat ini di bangun oleh maha
rsi kapila. Sebuah teks yang ditulis oleh Ishwar Krishna disebut
'Sânkhyakârika' adalah sumber terpercaya prinsip pengetahuan dalam Filsafat
ini. Hal ini ditulis dalam Aryan Chand (sejenis puisi sansekerta kuno) dan
berisi 72 Karikas (koleksi memorial ayat tentang topik filosofis) yang
menerjemahkan Sankhya Siddhant (Doktrin sankhya) yang jelas dan eksplisit.
Para ahli merasa bahwa
beberapa orang mungkin telah belajar menulis Sankhya Sutra dan Sutra
Sânkhyasamâs dalam nama Maharishi Kapila. Hal ini karena tidak ada menyebutkan
bahwa dua teks tersebut ditulis 1500 SM. Oleh karena itu, apa pun pengetahuan
yang kita dapat dari Ajaran Sankhya sekarang didasarkan pada Sankhya Karikas
Ajaran Sankhya
merupakan filsafat yang menerima 24 Kebenaran dari Prakriti (Alam benda) dan 25
kebenaran Purusha (Jiwa).
24 Kebenaran atau
Realitas Prakrti adalah sebagai berikut:
1. Mula Prakrti (Materi asal yang tidak bermanifestasi).
2. Mahat Tattva (Prinsip besar yaitu Buddhi atau Intelejensi).
3. Ahankâr (Ego).
Selanjutnya lima Tanmâtras
(sensasi halus yang dihasilkan dari lima unsur, yang dapat dipahami organ
perasaan):
4. Shabda Tanmâtra (suara).
5. Sparsha Tanmâtra (sentuhan).
6. Rupa Tanmâtra (cahaya).
7. Rasa Tanmâtra (rasa).
8. Gandha Tanmâtra (bau).
Berikutnya lima organ perasa:
9. shrotra (pendengaran).
10. Tvak (menyentuh).
11. Chakshu (penuntun).
12. Rasna (mencicipi).
13. grana (berbau).
Lalu lima organ tindakan.
14. VAK (berbicara).
15. Pani (menggenggam).
16. PADA (penggerak).
17. payu (ekskresi).
18. Upastha (reproduksi).
19. Man (pikiran).
Terakhir, Pancha maha bhuta (limaunsur materi kasar).
20. Prithivi (bumi).
21. Jal (air).
22. Tej (api).
23. Vayu (udara).
24. Akesh (eter).5
Dan yang ke 25 adalah purusha atau atma (sosok transenden atau kesadaran
murni) dengan demikian semuanya ada 25 kebenaran.
Dalam risalah filsafat sankhya, 25 kebenaran diatas
diklasifikasikan lagi sebagai berikut:
1. Suatu entitas murni zat asal.
2. Suatu entitas wujud asal yang berevolusi.
3. Suatu entitas exlusif yang berevolusi dari wujud asal.
Dalam ajaran hindu
purusa dan prakerti merupakan dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap
materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti merupakan unsur yang bersifat
kekal, halus, dan tidak dapat di pisahkan. Purusa adalah yang bersifat kejiwaan
sedangkan prakerti bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam
semesta, prakerti berevolusi menjadi Panca Tanmatra yaitu lima benih yang belum
berukuran. Panca Tan Matra setelah melalui evolusi yang panjang akhirnya
menjadi Panca Maha Bhuta, yakni lima unsure materi,lima unsur materi ini
kemudian membentuk anggota alam semesta seperti matahari, bumi, bulan, bintang
bintang, dan lain lain. Dalam berfungsinya alam semesta, Purusha tidak bisa
menjadi penyebab dari setiap substansi atau entitas. Purusha tidak bertindak
ia hanya saksi. Prakrti adalah
satu-satunya penyebab dari apa pun yang ada baik yang jelas atau tersembunyi.
4. Prakrti
Keberadaan tiga Gunas
yaitu, Sattva (suatu aspek realitass fisik yang murni dan baik yang mengarah
kepada kebahagiaan dan keharmonisan ), rajas (aspek realitas fisik yang
menyebabkan keinginan, ambisi dan kegelisahan), tamas (aspek realitas fisik
yang mengarah ke kemalasan dan kelambanan (inersia)) dalam suatu keseimbangan
yang harmonis dan dinamis disebut prakrti. Ketiga Guna ada dalam keadaan
seimbangan, harmonis dan dinamis sebelum penciptaan alam semesta. Namun ketika
alam semesta sudah tercipta ketiga guna ada dalam keadaan berselisih, kehasutan
(agitasi) dan tidak seimbang. Dalam proses penciptaan, yang pertama
diciptakan adalah Mahat Tattva (Buddhi atau intelejensi). Dari
Mahat Tattva kemudian dibuat Ahankâr
(Ego), dari Ahankâr kemudian diciptakan
lima Tanmâtrâs (sensasi yang ghaib) yaitu : Shabda (suara), Sparsha (sentuhan),
Rupa (penglihatan), rasa(Rasa) dan Gandha (penciuman). Tubuh tumbuhan, hewan,
manusia, serangga, dan lain-lain terbuat dari lima Tattva (Pancha bhutas).
Bahkan segala sesuatu yang tercipta diciptakan dari yang Pancha maha bhuta. [7]
a)
Karakteristik dari Prakrti
Prakrti bersifat terdahulu, kekal, unik, tanpa dimulai, dan tanpa alasan.
Jika sama sekali Prakrti tergantung apa-apa, mungkin alam sendiri memeiliki
sifat ketiga guna. Dari ketiga Guna, Prakrti membuat ciptaan mendasarkan,
mengandung guna sattva, raja, tamas. Dan ketiga guna memiliki relativitas yang
saling saling terkait.
b)
unsur dari Prakrti
manifestasi dari Prakrti tidak berbentuk apapun. Manifestasi yang pertama
adalah Mahat (Buddhi) yang melahirkan Ahankâr. Ahankâr adalah cabang dari
Buddhi. Lima organ perasa serta Lima Tanmâtra muncul dari Ahankâr. Dan Buddhi,
Ahankâr, danLima Tanmatras semua karya dari Prakrti. Bahkan, dari Buddhi sampai
Pancha mahâbhuta, semua ciptaan adalah evolusi dari Prakriti dan penyebaran
darinya.
5.
Purusha
Purusha
memiliki sifat berdiri sendiri dan berbedadengan prakurti. Purusha tidak
berawal dan tidak berakhir, tidak memiliki unsur-unsur dan bersifat jiwani, dia
berbeda dengan buddhi, pikiran dan organ. Juga bersifat terdahulu dan kekal. juga
melampaui ruang, waktu. Purusha merupakan bentuk kesadaran murni. Purusha pada
dasarnya tidak terhubung dengan Prakruti tapi setelah dunia ini lahir;
tercipta, purusha menjadi terhubung dengan Prakruti. ia menjadi terjerat dalam
Prakruti.
Purusha juga
disebut yang menyaksikan, Maha Melihat, sang bijaksana, dll dalam Kitab Suci
Sankhya. Apabila purushaada bersama dengan Prakruti atau keduanya nertemu, maka
akan terjadi kesedihan.
Setelah
memperoleh pencerahan dan kebijaksanaan melalui pengetahuan
maka Moksha akan terrcapai dengan sendirinya. Dengan kata lain kita akan mencapai mokhsa apabila kita memiliki pengetahuan dan apabila kita tidak mempunyainya maka mokhsa tidak akan tergapai. adapun Moksha itu sendiri adalah tujuan akhir dari filsafat shankya.[8] oleh karena itu tujuan utama dari Sankhya adalah untuk membebaskan Purusha dari ikatan Prakruti. Sebenarnya, Atma (Purusha) tidak terikat juga tidak pula terjebak dalam roda kelahiran & Kelahiran kembali (reinkarnasi). Prakurtilah yang terjebak dalam kelahiran kembali.[9]
maka Moksha akan terrcapai dengan sendirinya. Dengan kata lain kita akan mencapai mokhsa apabila kita memiliki pengetahuan dan apabila kita tidak mempunyainya maka mokhsa tidak akan tergapai. adapun Moksha itu sendiri adalah tujuan akhir dari filsafat shankya.[8] oleh karena itu tujuan utama dari Sankhya adalah untuk membebaskan Purusha dari ikatan Prakruti. Sebenarnya, Atma (Purusha) tidak terikat juga tidak pula terjebak dalam roda kelahiran & Kelahiran kembali (reinkarnasi). Prakurtilah yang terjebak dalam kelahiran kembali.[9]
DAFTAR
PUSTAKA
Hadiwijono, Harun, Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985.
http://www.psychologymania.com/2011/09/ajaran-agama-hindu-hinduisme.html.
Satya prasad dasji, Swami, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant
Swani Sri Dharmnandan dasji, 2010.
Suparta, Ardhana, Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia.
Surabaya: Paramita, 2002.
Sad Darsana (Filsafat
Samkya )
Makalah
disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Hinduisme
Dosen Pembimbing:
Siti Nadroh
Disusun Oleh
:
Arif Hidayat
111103210044
Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2012
[1] Di akses dari
http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/samkhya-yoga/filsafat-samkhya/ pada tanggal 18
oktober 2012.
[2] Di akses dari http://filsafat.kompasiana.com/2012/09/18/filsafat-india/ pada tanggal 28
oktober 2012.
[3] Di akses dari http://www.psychologymania.com/2011/09/ajaran-agama-hindu-hinduisme.html. padatanggal 18
oktober 2012.
[6] Dr. Swami Satya prasad dasji, Indian
Philosophy, Bhuj : Sadguru
Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,
2010. h. 67.
[7] Dr. Swami Satya prasad dasji, Indian
Philosophy, Bhuj : Sadguru
Mahant Swani Sri Dharmnandan dasji,
2010. h. 70 – 71.
[9] Dr.
Swami Satya prasad dasji, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri
Dharmnandan dasji, 2010. h.80.